MATEMATIKA DAN PILPRES 2009
 oleh Abdul Halim Fathani
Ada joke neh buat pilpres. Tp jg bs djadikan inspirasi lho… Coba kalikan 2 usia anda (paket capres-cawapres), tambah 15 (pemilu tgl 8 + bulan 7), kurangi 9 (angka tertinggi), lalu dibagi 2 kemudian dikurangi umur Anda. ITULAH NO PASANGAN CAPRES-CAWAPRES YG HARUS KITA PILIH. Insyaallah INDONESIA sejahtera, makmur & sentosa. Amin…. (mohon untuk disebarkan ke yang lain jg ya…). Trims’s! [Sumber: +6285655575xxx, 07-07-2009, jam 08:20:45]
Ada joke neh buat pilpres. Tp jg bs djadikan inspirasi lho… Coba kalikan 2 usia anda (paket capres-cawapres), tambah 15 (pemilu tgl 8 + bulan 7), kurangi 9 (angka tertinggi), lalu dibagi 2 kemudian dikurangi umur Anda. ITULAH NO PASANGAN CAPRES-CAWAPRES YG HARUS KITA PILIH. Insyaallah INDONESIA sejahtera, makmur & sentosa. Amin…. (mohon untuk disebarkan ke yang lain jg ya…). Trims’s! [Sumber: +6285655575xxx, 07-07-2009, jam 08:20:45]
Hari
 Selasa, 7 Juli 2009, tepatnya jam 08:20:45, sehari sebelum pelaksanaan 
pemilihan presiden dan wakil presiden RI 2009 digelar, ada sms masuk ke 
inbox saya (isinya sebagaimana yang tertulis di atas). Sebagaimana yang 
ditelah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan dilansir oleh beberapa
 media, bahwasanya Pilpres 2009 diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2009-2014, yang digelar secara serentak di seluruh Indonesia pada 8 Juli 2009 ini diramaikan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden, yaitu Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
Jumlah
 pasangan capres-cawapres tahun ini, jumlahnya lebih sedikit dibanding 
pilpres 2004 yang diikuti 5 pasangan capres - cawapres. Salah satu 
faktor yang menyebabkan hal ini adalah tidak lepas dari 
perhitungan/kalkulasi politik dan pelbagai kepentingannya. Salah satu 
penyebabnya –mungkin- seperti yang kita ketahui bahwa syarat untuk 
mengajukan capres - cawapres pada pilpres 2009 ini adalah partai politik
 atau gabungan partai politik yang memenuhi kondisi sebagai berikut: a) 
memenuhi 25% suara sah pada pemilihan legislatif; dan b) memenuhi 20% 
kursi di DPR. Sangat menarik melihat komposisi persentase tentang aturan
 ini, sebab aturan ini seolah-olah didesign untuk kepentingan parpol-parpol besar saja.
Merespon sms
Setelah
 membaca isi sms tersebut di atas, kemudian saya tertarik untuk mencoba 
menginputkan beberapa usia pada rumus tersebut. Jika isi sms (baca: 
rumus matematika politik) tersebut ditulis dalam bentuk formal maka 
diperoleh: ((2(usia Anda) + 15 – 9)/2) – usia Anda.
Misalnya:
Usia 20 è ((2(27) + 15 – 9)/2) – 20 = (46/2) – 20 = 23 – 20 = 3
Usia 26 è ((2(26) + 15 – 9)/2) – 26 = (58/2) – 26 = 29 – 26 = 3
Usia 27 è ((2(27) + 15 – 9)/2) – 27 = (60/2) – 27 = 30 – 27 = 3
Usia 53 è ((2(27) + 15 – 9)/2) – 53 = (112/2) – 53 = 56 – 53 = 3
… dan seterusnya
Pembaca
 dapat mencoba untuk menginputkan usia masing-masing atau usia berapa 
pun, mulai dari usia 1 tahun sampai tak hingga tahun. Jika proses 
pengerjaannya dilakukan sesuai dengan formula yang telah ditetapkan, 
maka akan diperoleh hasil sama dengan 3. Untuk lebih mempermudah proses 
pengerjaannya dan keakuratan hasil yang diperoleh, pembaca dapat 
menggunakan program Microsoft Excel sebagai alat bantunya.
Tentu,
 siapa pun orangnya yang menerima sms seperti di atas, lalu mencoba 
memasukkan usianya, maka tidak lama ia akan berkesimpulan bahwa 
pengirimnya adalah Tim sukses JK, pendukung JK, atau pihak yang punya 
kepentingan, atau paling tidak beberapa kelompok tertentu yang 
berkeinginan JK menjadi presiden. Sah-sah saja pendapat tersebut, 
apalagi sms itu dikirim pada hari tenang. Padahal KPU telah menetapkan 
jadwal kampanye Pilpres 2009 diselenggarakan pada 2 Juni hingga 4 Juli 2009 dalam bentuk rapat umum dan debat calon.
Menerima
 sms yang isinya seperti di atas, tentu mendapat respon positif bagi 
yang mendukung pasangan JK-Wiranto. Tetapi sebaliknya, jika yang 
menerima sms adalah pendukung Mega-Prabowo atau SBY-Boediono. Tidak 
Perlu emosi! Mungkin itulah yang perlu ditanamkan bagi yang bukan 
tergolong pendukung JK-Wiranto ketika menerima sms “gelap” tersebut. 
Pada kesempatan ini, penulis mengajak melihat kembali rumus politik JK di atas.
Perhatikan kembali!
((2(usia Anda) + 15 – 9)/2) – usia Anda
Pengirim sms telah menjelaskan bahwa:
Angka 2 yang pertama, menunjukkan simbol banyaknya himpunan setiap pasangan (yaitu 1 capres dan 1 cawapres); 
Angka 15, menyimbolkan bahwa pemilihan presiden 2009 ini dilaksanakann pada tanggal 8 + bulan 7 [Juli]), 
Angka 9, merupakan angka tertinggi (satuan)
Dari
 penjelasan pengirim sms tersebut, ada beberapa hal yang belum 
dijelaskan dan masih menimbulkan beberapa pertanyaan (menurut penulis), 
yaitu:
Angka 15. Mengapa
 hanya meliputi tanggal dan bulannya saja, sedangkan tahunnya tidak 
dilibatkan. Padahal pilpres yang jatuh pada tanggal 8 bulan 7 ini 
terjadi pada tahun 2009.
Angka 2 terakhir.
 Tidak jelas, angka 2 ini menunjukkan apa? Kalau sama dengan angka 2 
yang pertama, lalu pertanyaannya mengapa kok sampai diulang 2 kali, 
sedangkan simbol yang lain tidak diulang. Begitu juga usia anda, mengapa juga terulang sebanyak 2 kali.
Dengan
 melihat beberapa “kejanggalan” pada rumus politik ini, maka hemat 
penulis seolah-olah rumus ini memang dijadikan sebagai alat kampanye 
bagi pro-JK. Karena, berapa pun usia yang diinputkan, pasti nilai 
akhirnya adalah 3, yakni pasangan Muhammad Jusuf Kalla dan Wiranto. 
Bilangan ganjil
Tentu,
 bagi pendukung pro SBY-Boediono resah melihat sms yang berusaha 
mengarahkan pilihan rakyat untuk mencontreng nomor 3 tersebut. Memang, 
seolah-olah rumus tersebut berlaku secara umum, namun jika kita telah 
menginputkan nilai usia, maka hasil akhirnya akan selalu sama dengan 3. 
Benar-benar cerdas pembuat iklan ini!
Meskipun
 masih ada beberapa simbol yang mengundang pertanyaan secara matematis, 
tapi hal ini tidak begitu masalah. Karena, rakyat akan akan cenderung 
menginputkan saja, lalu berkesimpulan. Maka, akibat “kecerobohan 
pemilih” hal ini bisa dimanfaatkan juga oleh pendukung SBY-Boediono. 
Yaitu menambahkan (baca: mengurangi) bilangan ganjil yang pertama (angka 1). Sehingga rumus tersebut menjadi:(((2(usia Anda) + 15 – 9)/2) – usia Anda) – 1.
Pertanyaannya,
 mengapa kok dikurangi angkai 1, bukan angka yang lain? Menjawab 
pertanyaan ini, bagi pemilih pro SBY, tidak penting menjelaskan alasan 
“pembuatan” rumus tersebut. Yang penting berapa pun usia yang dimasukkan
 bisa menghasilkan nilai sama dengan 2. Toh, masyarakat secara umum, 
jika tidak akan mempertanyakan hal tersebut.
Bilangan genap 
Seperti
 formula rumus pada kelompok pro SBY-Boediono, maka kelompok pendukung 
Megawati juga akan membuat rumus dengan berpijak pada rumus di atas. 
Kalau rumus politik SBY dikurangi dengan bilangan ganjil yang pertama, 
maka rumus politik Mega adalah mengurangi dengan bilangan genap yang pertama, yaitu angka 2. Sehingga menjadi: (((2(usia Anda) + 15 – 9)/2) – usia Anda) – 2.
 Berapa pun usia yang diinputkan, maka selalu saja akan menghasilkan 
nilai sama dengan 1. Artinya pilihan yang tepat bagi pemilih pada 
pilpres 2009 ini –menurut tim sukses Mega-Prawobo- adalah menggunakan 
rumus yang terakhir ini. Ujung-ujungnya adalah memilih nomor 1.
Matematika: Alat komunikasi politik
Melihat
 uraian di atas, tentu akan menarik bagi orang yang pernah mengenyam 
pendidikan di jurusan matematika, termasuk saya sendiri. Tetapi, bagi 
orang lain mungkin dianggap hal yang mengada-ada. Tidak ilmiah dan tidak
 bisa dipertanggungjawabkan. 
Memang,
 sekilas, benar bahwa rumus di atas kurang dapat dipertanggungjawabkan. 
Hal ini disebabkan masih terdapat beberapa simbol yang mengundang 
pertanyaan terkait alasan ilmiahnya. Namun, sebenarnya kalau melihat 
dari kacamata matematika, bahwa salah satu aspek yang perlu diperhatikan
 adalah himpunan semesta. Kalau masing-masing pendukung memiliki 
himpunan semesta yang berbeda, atau memiliki syarat cukup yang 
berbeda-beda pula, maka rumus di atas benar menurut kelompoknya 
masing-masing.
Yang
 jelas, dengan adanya sms yang dikirm ke inbox penulis di atas, dapat 
menunjukkan bahwa ternyata matematika (baca: rumus) juga dapat digunakan
 sebagai alat komunikasi politik atau bahasa lainnya adalah kampanye. 
Apalagi kampanye terselubung. Dan, memang sms ini dkirim pada waktu 
kampanye sudah berkahir, hari tenang. Begitu juga, hal ini dapat 
menunjukkan bahwasannya matematika tidak dapat dilepaskan dari lika-liku
 kehidupan manusia. 
Terakhir,
 semoga pasangan capres-cawapres yang terpilih secara demokratis pada 
pemilihan pasangan presiden-wakil presiden, 8 Juli 2009 ini benar-benar 
mampu “membawa” Indonesia ke arah yang lebih baik dan dapat membangun 
Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan berdaya saing tinggi. 
Semoga! [ahf]
Posting Komentar untuk "MATEMATIKA DAN PILPRES 2009"
Posting Komentar