Rabu, 31 Juli 2013

MATEMATIKA UNTUK SEMUA



Oleh Abdul Halim Fathani

TIDAK jarang kita mendengar pertanyaan (baca: pernyataan) dari beberapa siswa, terutama yang “tidak unggul” di bidang kecerdasan matematis “Mengapa saya harus belajar Matematika? Wong, Matematika itu tidak akan bermanfaat bagi kehidupan saya, saya tidak akan pernah menggunakannya kalau saya sudah lulus sekolah”. Pernyataan di atas merupakan salah satu dari sekian banyak pernyataan “negatif” yang banyak dilontarkan oleh siswa ketika mereka sedang mengalami gangguan atau kesulitan dalam belajar matematika.


Lalu, siapakah yang salah? Siswa, guru, atau keduanya. Biasanya kita akan dengan mudah nan cepat menyalahkan siswa. Salahnya sendiri karena mereka tidak mau belajar secara sungguh-sungguh, sehingga prestasi matematikanya rendah dan akibatnya mereka malas mempelajarinya lebih lanjut. Sementara, jika merujuk ide Gardner tentang kecerdasan majemuk, maka yang disalahkan adalah gurunya. Dalam kasus ini, guru tidak dapat memberikan informasi (baca: materi matematika) kepada siswa dengan gaya belajar yang disukainya. Akibatnya, informasi yang diberikan tidak bisa sampai kepada siswa. Dan, akhirnya siswa tidak mendapatkan apa-apa, lalu ia “frustasi”.

Padahal, kalau kita melihat hakikat keterkaitan matematika dalam kehidupan manusia, tentu penguasaan akan matematika merupakan sebuah keahlian dasar hidup yang penting. Dalam modul pembelajaran yang diterbitkan United States Agency for International Development (USAID) dijelaskan bahwa matematika adalah sebuah aturan dan disiplin ilmu yang didasarkan pada sebuah pola pembelajaran bagaimana usaha dan kegagalan bisa dipecahkan dengan pola pikir yang terstruktur. Menghitung aritmatika (dengan kalkulator atau dengan tangan) dibutuhkan ketika ingin mengukur berat, volume, jarak, bilangan dan menghitung jumlah (uang) dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian akan pola pikir terstruktur sangatlah penting untuk kegiatan sehari-hari seperti menjahit, memasak, bertukang, menanam pohon, memperbaiki sebuah motor dan merancang sebuah mobil.

Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga tidak luput dari peran matematika. Seiring dengan perkembangan zaman,  Matematika semakin diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Bidang pengembangan keilmuan, saat ini kita jumpai perpaduan pelbagai macam ilmu dengan matematika, seperti Matematika Ekonomi, Matematika Fisika, Psikometri, Matematika Statistik, Statistika Pendidikan, Statistika Komunikasi dan Bisnis, dan lainnya.  Tapi, yang perlu digarisbawahi, dalam hal yang demikian, tentunya matematika tidak bekerja sendirian. Matematika tetap berdampingan dengan disiplin keilmuan lainnya. Dalam realitanya, matematika bisa saja menjelma pada bidang ilmu lain, seperti akuntansi dan geografi. Kalau dalam “ilmu agama” kita mengenal ilmu falaq, ilmu faraidh. Kesemuanya itu melibatkan matematika.

Dalam dunia kerja, matematika telah dipandang sebagai alat penyaring (seleksi) bagi orang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi. Kalau kita menengok beberapa kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, juga tidak sedikit yang melibatkan penggunaan matematika atau proses berpikir matematis, misalnya melakukan jual-beli, mengukur luas tanah pekarangan, areal sawah, menimbang beras dan gulan, menghitung pengeluaran kebutuhan rumah tangga, menghitung biaya pembayaran rekening listrik dan PDAM, membayar hutang, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentuk konsep tentang alam, serta hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupannya. Oleh karena itu matematika penting bagi siswa dan mahasiswa untuk hidup, belajar, dan bekerja.[ahf]

0 komentar:

Posting Komentar