Jumat, 02 Agustus 2013

MATEMATIKA ALLAH DALAM AGAMA



Oleh Maya Modigliani Azra
(Mahasiswi Pendidikan Matematika FPMIPA UPI)

Sejak dulu, matematika sering dipandang sebagai bahasa atau alat yang akurat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, fisika, kimia, teknik, bahkan sosial. Keine (1973), salah seorang ahli matematika, menyatakan bahwa ”Matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam”. Dengan perannya yang seperti ini, matematika disebut sebagai Queen of Science (ratunya ilmu).


Dari pendapat Keine, dapat disimpulkan bahwa matematika dapat dirasakan jika diterapkan pada ilmu-ilmu lain. Selain itu, matematika tidak hanya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, fisika, kimia, teknik, dan sosial seperti yang disebutkan di atas, melainkan juga dapat dikaitkan dengan ilmu agama. Ternyata banyak masalah agama yang berkaitan dengan matematika. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari kita adalah sedekah.

Dalam salah satu bukunya, Ustadz Yusuf Mansyur memberi penjelasan yang “gamblang” tentang matematika sedekah. Ilustrasi yang diberikan juga sangat sederhana sehingga maksud dari penjelasan itu mudah dimengerti oleh pembacanya. Ilmu matematika sedekah ini tentu tidak dijelaskan secara asal-asalan, melainkan berdasar pada Al-Qur’an Surat Al-An’am: 160, yang artinya “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. Dari ayat ini, sudah jelas bahwa Allah menjanjikan balasan sepuluh kali lipat bagi mereka yang mau menyedekahkan hartanya di jalan Allah (bersedekah termasuk perbuatan baik).

Dalam penjelasannya, beliau memberi ilustrasi sebagai berikut:

Menurut ilmu matematika yang biasa kita dapat di sekolah dulu, 10 – 1 = 9. Namun, menurut ilmu matematika sedekah, 10 – 1 = 19. Perhitungan ini berdasarkan janji  Allah yang akan mengganti pemberian kita sepuluh kali lipat. Sehingga jika ilustrasi ini dilanjutkan, maka akan menjadi seperti berikut:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 37
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100

Dari ilustrasi di atas, sudah jelas terlihat bahwa semakin banyak yang kita sedekahkan, semakin banyak pula pengganti yang Allah berikan kepada kita, asalkan kita ikhlas memberikannya pada orang yang membutuhkan.

Selain itu, masalah agama yang juga punya kaitan dengan matematika adalah tentang hubungan antara lawan jenis dalam agama Islam. Dalam matematika, kita mengenal limit yang artinya mendekati. Misalkan ada  (dibaca limit x mendekati nol), artinya  akan selalu mendekati nol tapi tidak akan pernah sama dengan nol. Begitu juga yang diajarkan agama Islam dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Kita boleh berteman dengan lawan jenis tapi harus tetap ada bingkai-bingkai yang membatasi dan tidak akan saling bersentuhan seperti limit dalam matematika.

Sebagaimana hadits Rasul SAW yang artinya “Dari Ma’qil bin Yasar dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Thabrani dan Baihaqi).

Tentu masih banyak lagi contoh lain yang menunjukkan adanya keterkaitan antara matematika dengan agama. Dan ini adalah tugas kita sebagai hamba Allah untuk senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Kita juga harus senantiasa belajar untuk lebih baik lagi., karena seorang makhluk itu tidak akan berubah kecuali dia sendiri yang merubahnya. Wallahu a’lam.

Sumber: http://opini.berita.upi.edu/2013/03/11/matematika-allah-dalam-agama/

0 komentar:

Posting Komentar