PERAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh Mediaharja
Guru SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari semua yang ada di dunia ini. Filsafat
mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga banyak sekali yang dapat kita
pelajari di dalam filsafat. Ketika kita melakukan aktifitas sehari-hari, kita
tak luput dari belajar tentang filsafat. Menurut Depag (2001) filsafat dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atutan-aturan atau norma dalam
kehidupan. Mempelajari filsafat adalah belajar tentang hidup, bagaimana hidup
kita bisa berguna untuk diri sendiri dan juga orang lain.
Belajar filsafat adalah belajar mengenai yang ada dan yang mungkin ada, yang
artinya dalam hal ini belajar matematika dengan menggunakan filsafat adalah
belajar yang bermain dengan logika. Begitu juga peran filsafat ilmu dalam
proses pembelajaran matematika sebagai dasar dalam berpijak. Kita ketahui bahwa filsafat merupakan
dasar dan pijakan berbagai ilmu lain, karena dalam pembelajaran matematika
peran filsafat ilmu tidak dapat dipisahkan terutama dalam mengkaitkan yang
bermacam-macam permasalahan matematika sehingga menjadi suatu rangkaian yang
saling berkaitan atau setidak-tidaknya mencari hubungan permasalahan tersebut.
Begitu juga kita ketahui bahwa matematika dipandang sebagai ilmu yang berkaitan
dengan cara berpikir, dengan tujuan akhir bahwa ilmu filsafat dan proses
pembelajaran matematika yaitu mencari kebenaran. Dalam menemukan jawaban
kebenaran pembelajaran matematika tidak terlepas dari metode ilmiah (dedukti
dan Induktif), hal ini sejalan dengan peran filsafat ilmu yang mengedepankan
suatu rangkaian yang saling berkaitan untuk mencari jawaban. Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, makalah ini mengkaji tentang peran filsafat dalam
pembelajaran matematika.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang makalah ini, maka rumusan masalah
makalah ini adalah “ Bagaimana peran filsafat dalam pembelajaran matematika “
1.3
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut untuk mendeskripsikan peran filsafat dalam pembelajaran
matematika
1.4 Manfaat
Hasil
penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Penulis, yaitu dapat menambah
wawasan pengetahuan tentang peran filsafat dalam pembelajaran matematika.
2.
Pembaca, yaitu sebagai bahan informasi pengetahuan tentang
peran filsafat dalam pembelajaran matematika.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam filsafat ilmu pengetahuan kita harus mempelajari esensi atau hakikat ilmu
pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan
cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan
dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu.
Filsafat ilmu pengetahuan merupakan salah satu cabang yang mempersoalkan
mengenai masalah hakikat pengetahuan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu
ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan
tentang hakikat pengetahuan.
Dalam filsafat ilmu dipelajari mengenai ilmu dan matematika. Ilmu tanpa
matematika tidak berkembang, matematika tanpa ilmu tak ada keteraturan.
Dengan pengetahuan manusia dapat mengembangkan mengatasi kelangsungan hidupnya,
memikirkan hal-hal yang baru dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang khas
di muka bumi ini.
Untuk melihat hubungan filsafat ilmu dengan matematika untuk terlebih dahulu
penulis paparkan pengertian filsafat, ilmu, pengertian
matematika, dan terakhir pada makalah ini dibahan peran filsafat dalam
pembelajaran matematika.
2.1
Definisi Filsafat
Menurut Depag (2001) Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa
Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة,
yang juga diambil dari bahasa Yunani ; Φιλοσοφία philosophia.
Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =
persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan").
Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Jadi
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan
sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala
sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan.
Harold H. Titus (dalam depag, 2001) mengemukakan 4 pengertian falsafat sebagai
berikut : 1) Philosophy is an attitude toward life and the universe (Filsafat
ialah ilmu suatu sikap tentang hidup dan tentang dunia/alam semesta). 2)
Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat
ialah satu metode pemikiran reflective dan penyelidikan akliyah). 3) Philosopy
is a group of problem (Filsafat ialah satu perangkat atau kumpulan masalah). 4)
Philosopy is a group system of thought (Filsafat ialah satu perangkat teori
atau system pemikiran)
Berdasarkan urain pendapat diatas, maka penulis dapat menyimpulkan filsafat
adalah satu kesatun dari perjalanan hidup manusia secara sadar yang mempelajari
pola kehidupan yang terjadi dialam dunia dengan berpijak kepada kebijaksanaan
dan kebenaran dalam pengambilan keputusan.
2.2.Definisi
Ilmu
Depdiknas (2003) Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya‘lamu, ‘ilman
yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science
dan bahasa latin scientia (pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa
Indonesia Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan.
Ada orang yang menamakannya ilmu, ada yang menamakannya ilmu pengetahuan, dan
ada pula yang menyebutnya saint. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu
usaha untuk melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya
dari bahasa Inggris.
Menurut Bakhtiar (2004) Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang
dibaca dalam pustaka menunjukkan pada sekurang-kurangnya tiga hal: pengetahuan,
aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, Ilmu
senantiasa berarti pengetahuan. Diantara fara filsuf dari berbagai aliran
terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistimatis dari
pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah.
Pengetahuan sesungguhnya hanyalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang
dilakukan oleh manusia. Dengan demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna
tambahan dari ilmu sebagai aktivitas. Menurut Prof Harold H Titus (dalam Suriasumantri, 2005) banyak orang
telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh
pengetahuan yang objective dan dapat diperiksa kebenarannya.
Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode itu bila ditinjau
lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan. Bahkan sebaliknya,
ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu
harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan metode tertentu dan aktivitas itu menghasilkan pengetahuan yang
sistimatis.
2.3 Definisi
Matematika
Matematika diambil dari bahasa Yunani, (μαθηματικά – mathēmatiká) Perkataan itu
mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science),
secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan,dan
ruang: tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan
dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang
menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika;
pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.
Menurut
Suriasumantri (1981) Beberapa aliran
dalam filsafat matematika :
- Aliran Logistik
-
Pelopornya : Immanuel Kant (1724 –
1804)
-
Berpendapat bahwa matematika
merupakan cara logis (logistik) yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa
mempelajari dunia empiris.
-
Matematika murni merupakan cabang
dari logika, konsep matematika dapat di reduksikan menjadi konsep logika.
- Aliran Intuisionis
-
Pelopornya : Jan Brouwer (1881 –
1966)
-
Berpendapat
bahwa matematika itu bersifat intusionis
-
Intuisi murni
dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat
sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung
dan menghitung.
- Aliran Formalis
-
Pelopornya : David Hilbert
(1862 – 1943)
-
Berpendapat
bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambang .
Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai bahasa
lambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa
lambang.
-
Kaum Formalis
membantah aliran logistik dan menyatakan bahwa masalah-masalah dalam logika
sama sekali tidak ada hubungan dengan matematika
Matematika adalah cara/ metode berpikir dan bernalar. Matematika adalah cara
berpikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis persoalan. Matematika bila
ditinjau dari segi epistemology ilmu bukanlah ilmu. Ia lebih merupakan
artificial yang bersifat eksak, cermat dan terbebas dari rona emosi. Matematika
adalah logika yang telah berkembang, yang memberikan sifat kuantitatif kepada
pengetahuan keilmuan. Matematika merupakan sarana berfikir deduktif yang amat
berguna untuk membangun teori keilmuan dan menurunkan prediksi-prediksi, dan
untuk mengkomunikasikan hasil-hasil kegiatan keilmuan dengan benar dan jelas
dan secara singkat dan jelas. Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika mempunyai “artificial” yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan padanya. (http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010)
2.4 Hakekat
Matematika
2.4.1 Matematika sebagai sarana berpikir
deduktif
Matematika dikenal dengan ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan
matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran pada tahap-tahap permulaan
seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi
geometris.
Perlu
pula diketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, apalagi dengan ilmu pengetahuan umum.
Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif,
sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen.
Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif,
tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa
dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori
atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan
secara deduktif. Sebagai contoh, dalam ilmu biologi berdasarkan pada
pengamatan, dari beberapa binatang menyusui ternyata selalu melahirkan.
Sehingga kita bisa membuat generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang
menyusui adalah melahirkan.
Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah
dapat dibuktikan secara deduktif. Contoh: untuk pembuktian jumlah dua bilangan
ganjil adalah bilangan genap. Pembuktian secara deduktif sebagai berikut :
andaikan m dan n sembarang dua bilangan bulat maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya
masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan (2m+1) + (2n+1) =
2(m+n+1). Karena m dan n bilangan bulat maka (m+n+1) bilangan bulat,
sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu
genap. (http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010)
2.4.2 Matematika bersifat terstruktur
Menurut
Ruseffendi (Tim MKPBM, 2001;25) matematika mempelajari tentang pola
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari
unsure-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke
aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun
secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dalam
matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami
topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun rumah, maka fondasi harus
kokoh. Contohnya konsep bilangan genap. Bilangan genap adalah bilangan bulat
yang habis dibagi dua. Sebelum membahas bilangan genap, siswa harus memahami dulu
konsep bilangan bulat dan pengertian habis dibagi dua sebagai konsep prasyarat.
Dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisi itu selanjutnya dapat dibentuk unsur-unsur
matematika yang terdefinisi. Misalnya segitiga adalah lengkungan tertutup
sederhana yang merupakan gabungan dari tiga buah segmen garis. Dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan unsur-unsur yang terdefinisi dapat
dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat. Misalnya:
melalui sebuah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis kesuatu
titik yang lain.
Tahap
selanjutnya dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi, unsur-unsur yang
terdefinisi, dan aksioma atau postulat dapat disusun teorema-teorema yang
kebenarannya harus dibuktikan secara deduktif dan berlaku umum. Misalnya :
jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat. http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010
2.4.3 Matematika sebagai Ratu dan Pelayan
Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah
sebagai sumber dari ilmu yang lain dan pada perkembangannya tidak tergantung pada
ilmu lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan
pengembangannya bergantung dari matematika. Sebagai contoh : banyak teori-teori
dan cabang-cabang dari fisika dan kimia yang ditemukan dan dikembangkan melalui
konsep kalkulus. Teori mendel pada Biologi melalui konsep pada probabilitas.
Teori ekonomi melalui konsep fungsi dan sebagainya.
Dari
kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan matemaika selain tumbuh dan
berkembang untuk dirinya sendiri juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan
lainnya dalam pengembangan dan operasinya. Cabang matematika yang memenuhi
fungsinya seperti yang disebutkan terakhir itu dinamakan dengan matematika
Terapan (Applied Mathematic).
2.4.4 Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan
yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu maka matematika hanyalah
merupakan kumpulan unsur-unsur yang mati.
Bahasa
verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu karena terkadang
mempunyai lebih dari satu arti. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada
bahasa maka kita berpaling pada matematika. Dalam hal ini dapat kita katakan
bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur,
majemuk, danemosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang darimatematika dibuat
secara ”artifisial” yakni baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan. Dan bersifat individual yaitu berlaku khusus untuk masalahyang
sedang kita kaji.
(http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″
Kategori: Matematika)
2.4.5 Matematika bersifat kuantitatif
Dengan
bahasa verbal kita bisa membandingkan dua objek yang berlainan umpamanya
gajah dan semut, maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar daripada
semut, kalau ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan
dengan semut, maka kita mengalami kesulitan dalam mengemukakan hubungan itu,
bila ingin mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan dengan
semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apa-apa.
Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran dapat mengetahui
dengan tepat berapa panjang. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan
yang bersifat kualitatif. Kita mengetahui bahwa sebatang logam bila dipanaskan
akan memanjang, tetapi tidak bisa mengatakan berapa besar pertambahan panjang
logamnya.
Untuk
itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran, maka kita dapat
mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya
bila dipanaskan, Dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa
pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang,
dapat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak umpamanya : P1 = Po
(1+n), dimana P1 adalah panjang logam pada temperatur t, Po merupakan panjang
logam pada temperatur nol dan n merupakan koefisien pemuai logam tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″
Kategori: Matematika)
PEMBAHASAN
Peran
filsafat dalam Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah di didik untuk menggunakan
logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi siswa dalam
menerima dan memahami pelajaran matematika. Penyampaian materi pelajaran
matematika menjadi sangat menarik dan lebih diutamakan dengan bimbingan guru.
Dengan ini siswa mampu menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar
sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka,
bilangan dan konsep matematika yang lebih rumit
Penyampaian suatu materi pelajaran matematika akan menjadi sedikit lebih lama
dibandingkan penyampaian materi dengan metode biasa (konvensional). Namun,
dengan implementasi filsafat sebagai latar belakang lahirnya suatu konsep
matematika, maka setiap siswa diharapkan mampu dan mau mempelajarinya sampai
tuntas dan mencintai matematika dengan lebih mendalam. Menurut Bakhtiar (2004)
manfaat yang ditimbulkan dari implementasi filsafat matematika pada pelajaran
matematika di sekolah yaitu nilai pelajaran matematika akan meningkat. Bukan
itu saja, kecintaan siswa pada pelajaran matematika menjadi lebih nyata dan
jauh dari abstrak (bisa menjawab soal tapi tidak memahami konsepnya!)
Anak dari berbagai usia berfikir sesuai dengan tingkat usianya. Matematika
adalah subjek ideal yang mampu mengembangkan proses berpikir anak dimulai dari
usia dini, usia pendidikan kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah,
pendidikan lajutan dan bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal
ini diberikan untuk mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan
sehari-hari baik itu mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah
kehidupan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Khusus untuk siswa, matematika sangat berguna sekali bagi mereka untuk
mengembangkan proses berfikir mereka mulai dari hal-hal yang sederhana sampai
kepada hal-hal yang rumit. Tahapan dimana siswa sudah bisa mempraktekkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya juga ditunjang oleh
berbagai cara serta metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini
sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas yang cenderung bermain dan
belajar
Tidak bisa dipungkiri, siapapun akan bangga jika punya anak pintar matematika
atau paling tidak nilai matematikanya selalu bagus. Sehingga orang tuapun tidak
segan-segan untuk memberikan atau mengikutkan anak-anak mereka les tambahan
untuk mata pelajaran matematika dengan harapan anak-anak mereka mendapatkan
nilai yang bagus. Pada hal nilai bagus yang didapatkan oleh anak-anak mereka
dalam berhitung saja tidak cukup kalau tidak bisa menganalisis atau merubah
dari soal cerita ke bahasa matematika dan mengembalikan lagi ke dalam soal
cerita atau kalau tidak bisa menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari
(Problem Solving). Maka tidak jarang anak-anak yang bagus nilainya di kelas
awal akan mengalami kesulitan atau turun nilainya pada tahap kelas tinggi,
menengah, atas dan kuliah.
Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan bukan hanya
sekedar bisa berhitung atau mensubtitusikan ke rumus saja tetapi mencakup
beberapa kompetensi yang menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan mengerti
tentang konsep dasar matematika. Belajar matematika juga membutuhkan kemampuan
bahasa, untuk bisa mengerti soal-soal atau mengerti logika, juga imajinasi dan
kreativitas. Dan sekiranya dipergunakan dalam lingkungan sekolah , yaitu antara
guru dan siswa maka kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup sehari-hari
dan dibuat semenarik mungkin.
Agar tercapainya semua itu maka peranan guru sangat penting dalam pembelajaran
ini. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh. Ada delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok
kecil atau perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus
untuh dan terintegrasi. Dipandang dari segi lain seorang guru harus mempunyai
pendekatan dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memilih
metode-metode pembelajaran yang efektif serta berusaha memberikan variasi dalam
metode pembelajaran agar tidak kelihatan atau menyebabkan siswa atau peserta
didik jenuh. Jika hal ini diterapkan, maka dituntut sekali inisiatif guru untuk
melakukan variasi dan krativitas guru. Guru merupakan seorang figur yang
menjadi tauladan dan pedoman bagi siswa dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Guru merupakan nara sumber yang akan memberikan dan menciptakan pembelajaran
yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman
dan penyelesaian mata pelajaran matematika. Tetapi hal tersebut kemungkinan
besar tidak sampai pada tahap yang diharapkan. segala macam bentuk persoalan
yang akan diberikan kepada siswa harus menggambarkan persoalan yang ditemui
sehari-hari atau dengan kata lain yang berdekatan dengan pengalaman empiris
peserta didik di lapangan. Jadi dengan adanya kegiatan pembelajaran yang
mengaitkan langsung dengan kehidupan nyata peserta didik akan dengan mudah
dipahami dan dimengerti oleh peserta didik
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari semua yang ada di dunia ini. Filsafat
mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga banyak sekali yang dapat kita
pelajari di dalam filsafat. Ketika kita melakukan aktifitas sehari-hari, kita
tak luput dari belajar tentang filsafat. Menurut Depag (2001) filsafat dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atutan-aturan atau norma dalam
kehidupan. Mempelajari filsafat adalah belajar tentang hidup, bagaimana hidup
kita bisa berguna untuk diri sendiri dan juga orang lain.
Di perguruan tinggi filsafat menjadi salah satu maka kuliah yang dipelajari.
Menurut Bakhtiar (2004) filsafat di perguruan tinggi berbeda dengan filsafat
dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat yang dibahas di sini PT bersifat lebih
khusus. Misalnya dalam pendidikan matematika, filsafatnya adalah filsafat
pendidikan matematika. Dalam pendidikan matematika, belajar filsafat adalah
belajar pikiran para filsuf. Dengan kita mempelajari pikiran para filsuf, kita
akan memahami tentang filsafat itu. Selain itu berfilsafat adalah berpikir
dalam koridor spiritual, etik dan estetika. Setinggi-tinggi orang berfilsafat
adalah sopan santun terhadap ruang dan waktu. Dalam filsafat yang kita pelajari
mencakup yang ada dan yang mungkin ada
Filsafat yang dipelajari di perguruan tinggi akan membantu guru untuk dapat
menerapkan filsafat dalam pembelajaran di sekolah. Menurut Ebbutt dan Straker
(1995) hakekat matematika sekolah mencakup 4 hal yaitu: a). Kegiatan
penulusuran pola/hubungan; b). Kegiatan problem solving; c). Kegiatan
investigasi; dan terakhir d). Kegiatan komunikasi. Penerapan hakekat matematika
sekolah tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di
sekolah.
Dengan hakekat matematika sekolah tersebut diharapkan siswa akan dapat
membangun matematikanya sendiri. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dan aktif
dalam proses pembelajaran sehingga guru hanya berperan sebagai pendamping dalam
pembelajaran, sedangkan siswa mengkonstruksikan matematikanya sendiri
Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah menjadi salah satu hal yang menarik perhatian. Mengapa
demikian? Karena biasanya filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada
zaman sekarang filsafat juga ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap
dalam pembelajaran, namun filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran
di sekolah. Filsafat adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap
pembelajaran siswa melakukan kegiatan filsafat
Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah, maka proses belajar
mengajar akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat memberikan
keuntungan bagi guru dan juga siswa. Bagi guru, dengan adanya pelajaran
filsafat, maka guru akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar
filsafat adalah berpikir, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola pikir
siswa-siswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan
karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material,
formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat
faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di
sekolah
Bagi siswa, filsafat memberikan pengetahuan yang baru. Mungkin
sebelum-sebelumnya mereka belum pernah mendengar dan mengetahui tentang
filsafat dan pada kesempatan ini siswa belajar tentang filsafat. Dengan belajar
filsafat, siswa menjadi pribadi yang mandiri. Siswa belajar untuk
mengkonstruksikan matematikanya sendiri dengan bantuan guru. Dengan demikian
pemahaman siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama, tergantung dari
kemampuan mereka masing-masing
KESIMPULAN
Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam
pembelajaran di proses pembelajaran baik disekolah dan perguruan tinggi menjadi
salah satu hal yang menarik perhatian. Mengapa demikian? Karena biasanya
filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada zaman sekarang filsafat juga
ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap dalam pembelajaran, namun
filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran. Filsafat adalah
kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap pembelajaran siswa dan mahasiswa
melakukan kegiatan filsafat
Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran berarti secara tidak langsung maka
proses belajar mengajar terutama matematika akan berjalan dengan efektif dan
efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi kita semua (guru, dosen, siswa,
dan mahasiswa). Bagi guru dan dosen, dengan adanya pelajaran filsafat, maka
guru dan dosen akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar
filsafat adalah berpikir, sehingga guru dan dosen dapat mengetahui sejauh mana
pola pikir siswa-siswanya dan mahasiswanya dalam memahami matematika. Pada
pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan
karakter meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Dan dalam
pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi, keempat faktor tersebut merupakan
salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar.
2004. Filsafat Ilmu dalam Pendidikan. Jakarta : CV. Reineka
Depag. 2001. Disiplin Ilmu filsafat. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″ Kategori:
Matematika
Suriasumantri, 1981. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia & Leknas-LIPI
___________, 2005. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
*) Makalah ini diambil dari website
(blog): http://mediaharja.blogspot.com/2012/01/peran-filsafat-dalam-pembelajaran.html
Posting Komentar untuk "PERAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA "
Posting Komentar